 |
| Walikota saat acara Festival Literasi 2025. Foto Humas |
Suara Semesta, Kota CirebonFestival Literasi 2025 menjadi momentum untuk mempertegas komitmen bahwa Pemerintah Kota Cirebon ingin melahirkan masyarakat yang cerdas, berbudaya, dan tangguh dalam menghadapi derasnya arus informasi. Bukan sekedar merayakan buku, perhelatan tahun ini justru menggugah warga untuk memahami literasi dari sisi yang lebih luas, bahwa kemampuan membaca zaman sekarang tak cukup hanya mengenali huruf, tetapi juga mampu menafsirkan arus informasi digital yang datang tanpa henti.
Hal itu yang disampaikan Wali Kota Cirebon, Effendi Edo dalam pembukaan Festival Literasi 2025 di kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Cirebon, Senin (8/12/2025). Wali Kota menegaskan bahwa kota yang maju bukan hanya ditopang oleh jalan yang rapi atau bangunan modern, tetapi kota akan kuat ketika warganya memiliki daya nalar yang tinggi.
“Pintu menuju nalar yang sehat adalah literasi,” ujarnya.
Ia memuji Dispusip yang berhasil menghidupkan kembali semangat literasi melalui festival ini. Wali Kota juga mengingatkan bahwa tantangan literasi masa kini jauh lebih rumit dibandingkan masa lalu. Ekosistem digital membawa kemudahan, tetapi sekaligus membanjiri masyarakat dengan misinformasi, disinformasi, dan hoaks.
“Literasi digital bukan soal seberapa canggih kita menggunakan gadget, tapi bagaimana kita bisa berpikir kritis, memverifikasi informasi, dan mengambil sikap bijak dalam setiap paparan yang kita terima,” tegasnya.
Ia juga menyoroti kondisi generasi muda yang sangat rentan terhadap narasi yang mengitari atau memecah belah. Menurutnya, kemampuan menimbang informasi harus menjadi keterampilan dasar setiap warga negara. Oleh karena itu, festival literasi dipandang bukan hanya sebagai ajang membaca, namun sebagai cara membangun ketahanan berpikir bagi seluruh masyarakat Kota Cirebon.
 |
| FOTO bersama para peserta dan undangan. Foto Humas |
Selain aspek digital, Wali Kota juga menunjukkan pentingnya literasi budaya di tengah derasnya arus globalisasi. Kota Cirebon katanya memiliki kekayaan cerita, tradisi, dan sejarah yang perlu terus dihidupkan.
“Kita harus mampu menceritakan kembali kisah-kisah tentang Cirebon secara menarik, terutama kepada generasi muda, agar identitas kita tetap kuat,” ujarnya.
Wali Kota mendorong Dispusip untuk terus melakukan transformasi. Ia berharap perpustakaan dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat, inkubator kreativitas, dan kolaborasi ruang. Menurutnya, peningkatan kualitas koleksi buku, fasilitas digital, serta program-program literasi harus terus ditingkatkan.
“Saya mengapresiasi kerja komunitas, pegiat TBM, dan relawan literasi. Kemitraan antara sekolah, Dispusip, dan komunitas harus semakin kuat,” tambahnya.
Jangan lupa, Wali Kota menekankan peran keluarga sebagai fondasi literasi. Ia mengajak masyarakat untuk mulai membangun kebiasaan membaca di rumah. Ia berharap rumah-rumah di Kota Cirebon dapat menjadi perpustakaan mini yang menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anak.
“Orang tua adalah guru pertama. Mari kita mengalokasikan waktu membaca bersama, berdiskusi, dan tidak tenggelam terlalu lama di layar,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dispusip Kota Cirebon, Gunawan menjelaskan bahwa Festival Literasi 2025 berlangsung selama lima hari, mulai 8-12 Desember. Festival ini tidak hanya menumbuhkan budaya baca, tetapi juga memperkuat ekosistem literasi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami ingin festival ini menjadi ruang belajar yang terbuka untuk semua, bukan sekadar acara seremonial,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan festival sangat beragam, mulai dari talkshow literasi, workshop, buku bedah, naskah bedah kuno, dongeng anak, hingga sesi berbagi wawasan dengan psikologi anak. Ada pula lomba membaca, lomba mewarnai, pertunjukan seni, serta parade band yang melibatkan banyak komunitas lokal.
Editor : Koharrudin
Sumber : Humas Pemkot Cirebon