![]() |
Saat acara di kantor |
Dampak HIV/AIDS meluas dari masalah kesehatan pribadi hingga ranah sosial dan ekonomi. Penderita kerap menghadapi diskriminasi dan stigma, yang menghambat mereka untuk kembali berinteraksi dengan masyarakat. Secara ekonomi, beban biaya pengobatan dan hilangnya produktivitas menjadi kendala serius bagi penderita dan keluarganya. Dr Sri Maryati menegaskan bahwa penanggulangan HIV/AIDS harus menjadi tanggung jawab bersama, bukan sekadar urusan medis.
Salah satu kendala utama dalam penanggulangannya adalah tidak adanya ciri fisik yang khas pada tahap awal infeksi. Seseorang yang mengidap HIV bisa tampak sehat, membuat deteksi dini sulit dilakukan. “Dari fisik diketahui tidak terlihat, jadi tidak bisa langsung,” kata Dr Sri Maryati. Kondisi ini sering kali menyebabkan kasus baru terungkap saat virus sudah berkembang menjadi AIDS, yang membuat pengobatan menjadi lebih kompleks dan prognosis menjadi lebih buruk.
Penularan HIV terjadi melalui dua cara utama: hubungan seksual yang tidak aman dan kontak dengan darah yang terinfeksi. Pemahaman yang benar tentang cara penularan ini sangat krusial untuk mencegah penyebarannya. Dr Sri Maryati menjelaskan bahwa virus ini tidak menular melalui interaksi sosial biasa seperti bersalaman atau berbagi makanan, sehingga edukasi yang tepat harus terus digencarkan untuk menghilangkan kesalahpahaman di masyarakat.
Meskipun berbahaya, HIV/AIDS dapat dicegah dan diobati. Program pencegahan, seperti penggunaan kondom dan skrining rutin, terbukti efektif. Bagi yang terinfeksi, pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) dapat mengendalikan perkembangan virus, memungkinkan penderita untuk hidup normal. Dr Sri Maryati memberikan harapan, “HIV masih bisa dicegah dan diobati,” asalkan penderita patuh menjalani pengobatan.
Penting untuk membedakan antara HIV (virus) dan AIDS (penyakit). HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan AIDS adalah kondisi yang muncul akibat kerusakan parah pada sistem imun yang disebabkan oleh infeksi HIV yang tidak diobati. Seseorang yang terinfeksi HIV tidak serta-merta mengidap AIDS; transisi ini bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Temuan tiga siswa SMA di Cirebon yang positif HIV menjadi alarm bagi semua pihak. Kasus ini menegaskan perlunya edukasi kesehatan reproduksi dan bahaya HIV/AIDS yang lebih serius bagi remaja, melibatkan orang tua, guru, dan pemerintah.
Dr Sri Maryati menyimpulkan bahwa penemuan kasus di kalangan remaja menunjukkan edukasi yang ada saat ini belum memadai. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan berbagai pihak lainnya untuk menyebarkan informasi yang akurat dan komprehensif. "Pencegahan adalah kunci," pungkasnya. Hanya dengan kerja sama dan kesadaran bersama, tujuan menekan angka HIV/AIDS di Cirebon bisa tercapai.
Penularan HIV dapat terjadi melalui transfusi darah yang tidak steril, hubungan seksual tanpa pengaman dengan penderita HIV, penggunaan jarum suntik secara bergantian, serta dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat hamil, melahirkan, atau menyusui.
Namun, HIV tidak menular melalui sentuhan, pelukan, berbagi makanan, atau gigitan nyamuk. Oleh karena itu, penting untuk tidak mendiskriminasi orang dengan HIV. Mereka tetap berhak mendapatkan kasih sayang, dukungan, dan perawatan yang layak.
Pencegahan HIV bisa dilakukan dengan hidup sehat, tidak berganti-ganti pasangan seksual, menggunakan kondom saat berhubungan, tidak menggunakan narkoba suntik, serta rutin melakukan tes kesehatan jika berisiko. Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat membantu menekan penyebaran HIV dan memberi dukungan bagi mereka yang hidup dengan virus ini.
Semoga acara Podcast ini dapat bermanfaat bagi masyarakat . Dan akan terus dilaksanakan sebagai penunjang kegiatan PWI kota Cirebon. Pungkas Alif ketua PWI kota Cirebon.
( Kang Ut )
Post A Comment:
0 comments: