stop

Acara Lokakarya Pencak Silat. dok. suarasemesta
Suara Semesta, 
Pengurus Pusat Komite Pencak Silat Tradisi (PP-KPSTI) mengadakan Lokakarya Pencak Silat Tradisi pada Sabtu (23/8/2025) di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta Timur. Acara ini menegaskan pentingnya program pelestarian pencak silat secara berkelanjutan, terutama setelah diakui oleh UNESCO.


Lokakarya yang berkolaborasi dengan Direktorat Bina Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kementerian Kebudayaan ini diawali dengan upacara pembukaan dan peragaan pencak silat. Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Umum KPSTI KH Mahfudz Abdurahman, S.Sos., yang juga seorang anggota DPR RI.

H. Bahrul dan H. Asep saat dalam acara Lokakarya. dok. suarasemesta
Dalam laporannya, Ketua Panitia Edwel Datuak Rajo Gampo Alam menyatakan bahwa lokakarya ini bertujuan untuk merealisasikan program KPSTI 2025. Fokusnya adalah mensosialisasikan pedoman pelaksanaan festival pencak silat tradisi, memperkenalkan organisasi KPSTI, serta mengenalkan berbagai aliran pencak silat secara filosofis dan praktis.

KH Mahfudz Abdurahman menekankan pentingnya pelestarian pencak silat karena Indonesia adalah pusat kebudayaan dunia yang kaya akan keragaman persilatan. Sementara itu, Dr. Julianus Limbeng, S.Sn, M.Si., mewakili Kementerian Kebudayaan, menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pelestarian ini.

Sesi Lokakarya dan Demonstrasi

Sesi lokakarya menghadirkan beberapa narasumber dengan materi beragam, di antaranya:

KH Mahfudz Abdurahman, Dr. Nur Ali, dan Dr. Rismanto membahas KPSTI sebagai Organisasi Budaya.

Drs. H. Parso Adianto, Wahdat MY, dan Edwel Datuak Rajo Gampo Alam mensosialisasikan Pedoman Pelaksanaan Festival Penyajian Pencak Silat Tradisi.

H. Azis Asy’arie, Drs. Bawor Wulung, dan Maidani membahas Maenpo Cikalong sebagai Sumber Pengembangan Pencak Silat Tradisi.

Acara penutupan acara Lokakarya. dok. suarasemesta
Acara ditutup dengan peragaan jurus oleh pesilat dari berbagai komunitas dan perguruan, termasuk Rampak Pencak Silat, ASTRABI, dan Harimau Minangkabau. Maestro Edward Lebe dari Perguruan Baringin Sakti juga tampil memukau, menunjukkan performa yang energik meskipun sudah lanjut usia.

Para peserta, yang berasal dari berbagai daerah dan perguruan silat, berharap lokakarya ini menjadi momentum strategis untuk melanjutkan aksi pelestarian pencak silat. Mereka juga berharap sinergi antara KPSTI dengan organisasi lain seperti IPSI dan KORMINAS dapat terjalin lebih harmonis dan terencana, untuk mencegah upaya pelestarian yang selama ini terkesan sporadis.

(H. Asep)


Baca Juga

Post A Comment:

0 comments: